Tuesday, December 20, 2016

Mengenal Lebih Dekat Bekantan Sihidung Mancung

Keberadaan Bekantan Satwa Endemik Kalimantan yang ada di Desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas saat mulai di kenal oleh masyarakat luas, bekantan ini masih dapat ditemukan dibeberapa titik dihutan mangrove. Salah satunya adalah yang sekarang dijadikan tempat ecowisata yang dekat dengan jalan raya dan pemukiman penduduk.

Bagi pengunjung yang penasaran maumelihat bekantan ini tentunya dapat menanyakan informasi langsung kepada komunitas kalilaek yang berkecimpung dalam hal ini agar tidak salah persepsi saatber kunjung kelokasi ini, bekantan tidak serta merta dapat dilihat di sekitar track ini kecuali putaran makanannya berada disekitar track apalagi jika terdapat banyak orang pastinya langsung kabur dia dan menjauh.

Hal ini dikarenakan para bekantan belum terbiasa dengan ramainya, namun tidak menutup kemungkinan suatu saat dapat dilihat dengan mudah seperti di kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan  yang terdapat bekantan yang sudah maju dalam pengelolaan ecowisata mangrove dan bekantannya. Beberapa bukti contoh bekantan ini dapat dilihat disekitar track seperti saat bersama teman-teman Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Pemuda Peduli Lingkungan, Sekcam Paloh beserta perangkatnya juga melihat keberadaan bekantan ini bahkan saat peresmian track bersama Staf Ahli yang mewakili Bupati dan WakilBupati, SKPD Sambas, Muspika Paloh beserta tamu undangan dapat melihat secara langsung satwa endemik ini.

Begitu juga saat mempromosikan ecowisata ini lewat jalur sungai secara gratis bagi para pengunjung dalam dua hari ini, sudah banyak yang melihat bekantan. Sedikit info tentang bekantan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan komunitas kalilaek:
1.   Waktu yang baik untuk melihat bekantan adalah pada pagi hari saat mencari makanan atau sore saat para bekantan ini akan tidur dipohon mangrove pinggiran sungai dengan menggunakan perahu motor.
2.   Makanan bekantan pagi hari adalah pucuk-pucuk daun mangrove, siang hari berada dibawah pohon makan pucuk-pucukkan seperti pakis maupun tumbuhan merambat beberapa bibi-bijian dan buah-buahan yang ada dihutan mangrove dan pada sore harinya para bekantan ini makan pucuk daun mangrove lagi. 
3.   Pola makan bekantan tergantung pada pucuk-pucuk daun mangrove, ketika sudah habi spucuk disuatu tempat bekantan ini akan berpindah ketempat lain untuk mencari pucuk-pucuk baru bahkan dengan menyebrang sungai namun tidak jauh dari lokasi ecowisata.

Bagi yang sudah terbiasa beradadi hutan mangrove dengan mencium baunya bekantan yang terbawa angin sudah dapat mengetahui posisi dimana mereka berada, nah untuk mengenal lebih dekatdengan satwa yang satu ini ada beberapa reverensi yang perlu diketahui seperti :

APA ITU BEKANTAN
Bekantan merupakan satwa endemik ( asli ) Pulau Kalimantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey di beberapa daerah disebut dengan beberapa nama seperti Bangkatan, Neusaap, Kera Belanda, Pika, Bahara, Bentangan, Raseng, Kahau dan di Sambas sendiri disebut Kalilaek atau klaek.

 CIRI-CIRI BEKANTAN
Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunya iciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambu tatau bulu berwarna coklat kemerahan dan putih dengan ekor berwarna putih.
Hidung panjang dan besar pada Bekantan (Nasalislarvatus) hanya dimiliki oleh pejantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun dengan hidungnya yang besar tidak mempengaruhi dalam mengunyah makanan hal ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Bekantan betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya.

UKURAN DAN BERAT BADAN
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanan buah-buahan, biji-bijian dan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna.

KEHIDUPAN BEKANTAN
Bekantan (Nasalislarvatus) hidup secara berkelompok masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor bahkan lebih.
Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan yang menginjak remaja yang keluar dari kelompok one-male.
Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar 66 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun).

Bekantan juga dapat  berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau kepulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaput. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup. Satwa yang dilindungi ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon.

BEKANTAN TERANCAM PUNAH
Keberadaan bekantan yang hanya bisa hidup dan tergantung pada kawasan hutan mangrove menyebabkan kelestariannya sangat terancam karena tidak punya pilihan lain untuk melarikan diri saat habitatnya dibuka untuk berbagai aktifitas manusia. Ancaman bagi habitat bekantan itu karena terus terjadi pembukaan lahan untuk berbagai aktifitas manusia misalnya pembukaan lahan tambak intensif, pertanian, perkebunan dan industri di kawasan pesisir serta ada yang memburu bekantan untuk dimakan. Ancaman serius bagi satwa ini adalah karena habitatnya, yakni hamparan mangrove adalah kawasan  hutan di Indonesia yang paling cepat musnah karena daerah pesisir dan sungai adalah daerah pertama yang akan dihuni oleh orang-orang.

“Berbeda dengan primata lain, bekantan tidak bisa hidup pada kawasan hutan ‘Dipterocarp’ (jenis meranti) yang luas dan jauh kepedalaman di Kalimantan. Selain itu ada anggapan keliru bahwa bekantan dengan mudah dapat makanan di hutan mangrove padahal satwa ini hanya memakan daun muda, buah-buahan dan biji-bijian mentah. Mereka bisa mendapatkan daun di hutan bakau, tetapi hampir tidak ada buah-buahan dan biji dapat dimakan di hutan mangrove,”Bekantan harus meninggalkan hutan mangrove secara teratur untuk mencari makanant ambahan di hutanjenis lain sehingga jika hutan mangrove terus berkurang maka bekantan akan mati kelaparan.

Alasan itu menyebabkan IUCN (World Conservation Union) mengklasifikasikan bahwa bekantan termasuk satwa langka yang sangat terancam kelestariannya, sekarang tinggal bagaimana kita adakah Simpati dan Empati terhadap keberadaan Bekantan diHutan Mangrove yang masih ada ini,   “ Save Flora & Fauna Di Bumi Paloh ”

No comments:

Post a Comment